Alzheimer ialah masalah saraf yang mengakibatkan otak berkurang dan beberapa sel otak mati. Ini bisa mempengaruhi kegiatan setiap hari dan kekuatan seorang untuk jalani kehidupan yang sehat. Penyakit progresif dalam beberapa kasus tidak memperlihatkan tanda-tanda, dan saat tanda-tanda mulai ada, umumnya tidak bisa diganti.
Menurut Centers for Disease Kontrol and Prevention (CDC), penyakit Alzheimer ialah tipe demensia yang umum dan memiliki sifat progresif, dimulai dari kehilangan daya ingat enteng sampai kehilangan kekuatan untuk bicara dan memberi respon lingkungan. Penyakit ini mengikutsertakan sisi otak yang mengontrol pemikiran, daya ingat, dan bahasa.
Mendekati Australia Open 2023 Rafael Nadal Tekankan Dianya Belum Berpikiran Pensiun
Selama ini tidak ada alat yang jelas untuk mengetahui atau penyembuhan untuk mengobati penyakit itu. Tetapi, satu kelompok periset sudah meningkatkan test darah yang bisa mengenali penyakit Alzheimer. Berikut paparan secara lengkap diambil dari Times of India.
Sebuah team pakar saraf yang dipegang oleh periset Fakultas Kedokteran Kampus Pittsburgh meningkatkan test untuk mengetahui pertanda baru degradasi saraf dalam contoh darah. Penemuan riset ini dipublikasi pada Rabu, 28 Desember 2022 di jurnal Brain.
Test itu disebutkan mendapati biomarker, yang disebutkan “brain-derived tahu” atau BD-tau. Penelitian ini mengikutsertakan 600 pasien pada beragam tahapan penyakit itu. Beberapa periset menjelaskan itu melampaui test lain dan khusus untuk penyakit Alzheimer dan berkorelasi baik dengan pertanda Alzheimer dalam cairan serebrospinal.
“Sekarang ini, menganalisis penyakit Alzheimer memerlukan neuroimaging,” kata penulis senior Thomas Karikari, PhD, pendamping profesor psikiatri di University of Pittsburgh dalam tayangan persnya. “Test itu mahal dan memerlukan waktu lama untuk direncanakan, dan beberapa pasien, bahkan juga di AS, tidak mempunyai akses ke pemindai MRI dan PET. Aksesbilitas ialah permasalahan khusus.”
“Untuk meningkatkan obat yang lebih bagus, eksperimen perlu mengikutsertakan beberapa orang dari beragam background dan tidak cuma mereka yang tinggal dekat sama pusat klinis akademis. Test darah tambah murah, semakin aman serta lebih gampang dilaksanakan, dan bisa tingkatkan keyakinan medis dalam menganalisis Alzheimer dan pilih peserta untuk tes medis dan pengawasan penyakit,” katanya.
Study lain, yang diedarkan pada Selasa, 27 Desember yang sudah dilakukan oleh Profesor Oskar Hanssson, Kampus Lund, dan Profesor Kaj Blennow, Kampus Gothenburg sudah mengecek dan menilai test darah dan mendapati banyak biomarker darah yang cukup dalam mengenali patologi penyakit Alzheimer, bahkan juga pada peserta yang tidak mempunyai tanda-tanda penyakit ini.
“Test darah khusus kemungkinan maksimal untuk mengenali patologi Alzheimer atau untuk mengawasi perubahan penyakit dan maka dari itu, mempunyai peranan berlainan dalam tes medis,” kata penulis khusus study riset Dr. Nicholas Ashton dari University of Gothenburg.