Perusahaan keamanan digital, Kaspersky Lab, mengimbau beberapa akademiki supaya waspada saat beraktivitas online. Periset Kaspersky Lab sudah mengetahui beberapa teror cyber yang serang minimal 131 kampus di 16 negara.
“Disaksikan dari banyaknya, gempuran cyber ke kampus ini mencemaskan. Nampaknya lembaga pengajaran jadi topik hangat di kelompok aktor kejahatan cyber,” tutur periset keamanan di Kaspersky Lab Nadezhda Demidova, dalam info tercatat, Kamis, 1 November 2018.
Food Truck di IMOS 2018 Harga Dapat dijangkau Dimulai dari Rp 25 Ribu
Beragam usaha untuk mengambil info peka kampus ini terjadi dalam waktu 12 bulan akhir, dengan nyaris 1.000 gempuran phishing semenjak September 2017. Peretas mengincar kredensial pegawai dan siswa, alamat IP dan data lokasi mereka. Dalam umumnya kasus, mereka membuat halaman situs yang sama sama yang asli untuk masukkan login dan password ke mekanisme digital kampus.
Kredensial dan password dari pegawai di industri perbankan dan perusahaan sebagai target yang terang bisa memberikan keuntungan aktor kejahatan cyber. Sementara account personal siswa dan staff kampus malah seperti terlihat sasaran yang tidak berarti.
“Tetapi kenyataannya, beberapa data yang sukses didapat lewat gempuran spear phising ke universitas dapat memiliki kandungan info lebih bernilai, seperti penelitian-riset dengan beragam tipe topik dimulai dari ekonomi sampai fisika nuklir,” kata Demidova.
Disamping itu, karena banyak pada mereka bekerjasama dengan supplier terpenting untuk gelar PhD, peretas bisa terhubung bukan hanya info yang memiliki kandungan ketrampilan unik, info khusus yang prospektif memberikan ancaman perusahaan. Walau memerhatikan keamanan TI mereka, aktor teror mendapati langkah untuk menerobos mekanisme dengan menarget mata rantai paling lemah yakni pemakai yang lupa.
Di mayoritas scenario, aktor teror membuat situs situs yang sama dengan sistus situs kampus yang asli. Pemakai yang lupa tidak mengetahui sedikit terdapat ketidaksamaan huruf pada alamat websitenya.
“Staff kampus perlu menimbang jika tiap pegawai dan mahasiswa menjadi mata rantai kurang kuat yang dicari untuk memberi akses ke mekanisme mereka,” lebih Demidova. “Karenanya, beberapa pegawai dan siswa harus pro aktif dalam ambil langkah penyelamatan yang pas”
Umumnya strategi sukses bila memakai sistem eksperimen sosial yang akurat. Korban masuk ke perangkap dan masukkan kredensial mereka hingga menyebabkan info peka terkirim ke aktor.
Keseluruhannya, beberapa periset mengetahui ada 961 gempuran di 131 sekolah yang mayoritas menarget beberapa universitas berbahasa Inggris. Terkena 83 instansi sebagai sasaran berada di Amerika Serikat dan 21 berbasiskan di Inggris. “Beberapa aktor tertarik terutamanya pada University of Washington. Kaspersky Lab mengetahui 111 gempuran yang diperuntukkan pada universitas ini. Statistik memperlihatkan jika lembaga pengajaran di Asia, Eropa dan Afrika alami gempuran,” lanjut Demidova.